ILUSI MINYAK BARU

ILUSI MINYAK BARU
Irvan Nasir

Oleh: Irvan Nasir

Di Riau, setiap kabar tentang penemuan besar minyak selalu memicu adrenalin publik. Bumi Lancang Kuning pernah menjadi jantung energi Indonesia, tetapi juga sering menjadi saksi bagaimana harapan sering kali berakhir sebagai debu administratif. 

Karena itu, ketika PHR mengumumkan potensi besar minyak non-konvensional (MNK) yang mencapai 724 barrel oil equivalent (BOE) di Blok Rokan dan diklaim sebagai penemuan terbesar dalam 10 tahun terakhir, sebagian masyarakat langsung menaruh asa tinggi. Sayangnya, asa itu berpotensi menjadi ilusi minyak baru yang lebih mirip fatamorgana geologis daripada peluang nyata.

Kita harus bicara jujur: MNK bukan minyak yang tinggal disedot dari sumur tua yang jinak. Ia tersembunyi di shale keras dengan permeabilitas mikro hingga nano-darcy. Tanpa fracking masif dan pengeboran horizontal multi-stage, minyak tidak akan bergerak. 

Indonesia belum memiliki infrastruktur shale yang matang; biaya pengeboran masih tinggi, supply chain belum terbentuk, dan sensitivitas lingkungan di Riau membuat fracking bukan sekadar urusan teknis, tapi juga politik.

Masalah fundamentalnya: PHR tidak memberikan data teknis terbuka. Tidak ada angka P90, P50, atau P10. Tidak ada publikasi log, core, brittleness index, atau uji geomekanika yang dapat diuji komunitas engineer. Jika ada yang disebut “potensi besar”, publik layak bertanya: besar menurut siapa? Dibandingkan apa? Berdasarkan data apa?

Klaim temuan besar tanpa data hanya akan menjadi retorika yang mengangkat ekspektasi masyarakat, tanpa jaminan bahwa satu tetes pun akan keluar secara komersial.

Konsekuensinya besar bagi Riau. Narasi MNK sudah dibingkai seolah-olah membawa harapan baru bagi ekonomi daerah. Ada imajinasi bahwa kalau MNK benar-benar raksasa, maka dividen PI 10% provinsi dan kabupaten/kota akan meningkat tajam. Padahal, PI 10% tidak dibayar dari potensi, tapi dari keuntungan. 

Jika MNK tidak ekonomis, berarti tidak ada revenue tambahan. Bahkan jika CAPEX besar dikeluarkan untuk proyek yang belum tentu berhasil, justru profit  PHR bisa tergerus dan PI 10% untuk Riau justru stagnan atau bahkan malah menurun.

Dengan kata lain: tanpa first oil, tidak ada first money.

Tidak boleh lagi masyarakat Riau digiring pada euforia cadangan yang belum terbukti. Kita terlalu sering dibuat berharap oleh janji-janji energi. Dari optimisme Enhanced Oil Recovery (EOR) yang belum terbukti sampai saat ini, hingga retorika “Rokan Bangkit Kembali”; semuanya berakhir sebagai catatan panjang penurunan produksi yang tak terbantahkan.

Riau berhak atas transparansi

Riau berhak atas penjelasan teknis yang jujur.

Riau berhak tahu risiko lingkungan fracking di wilayah gambut dan permukiman.

Riau berhak atas kajian keekonomian yang realistis, bukan brosur korporasi.

Sampai ada appraisal well, fracking test, dan flow rate stabil, MNK Blok Rokan tidak lebih dari hipotesis awal yang belum pantas diposisikan sebagai “masa depan energi”. Jangan sampai kita kembali dipertontonkan drama lama: janji yang melambung, data yang minim, masyarakat yang kembali kecewa.

Riau yang memberikan miliaran barel kepada republik tidak pantas diberi harapan palsu. Kadang yang lebih menyakitkan dari cadangan kecil adalah cadangan yang dibesar-besarkan.

Dan di titik ini, MNK Rokan tampak lebih mirip ilusi minyak baru, sebuah narasi yang lebih kencang daripada kenyataan teknisnya. (*)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index