SEBALIK.COM , PEKANBARU - Mahasiswa KKN Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) FISIP Unri terjun langsung membersamai Kelompok Wanita Tani (KWT) Cemara di Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Sail, Kota Pekanbaru.
Kegiatan yang berfokus pada penanaman jagung dan pemupukan ini merupakan implementasi nyata dari komitmen mahasiswa dalam mendukung program swasembada pangan yang sedang digencarkan pemerintah.
Di balik giat tanam bersama ini, terdapat kisah perjuangan satu dekade KWT Cemara yang konsisten berkontribusi pada ketahanan pangan lokal, sekaligus harapan besar akan perhatian serius dari pemerintah.
KWT Cemara, yang diketuai oleh Suharmi Fainur atau akrab disapa Ibu Emi, bukanlah kelompok tani biasa. Mereka telah eksis dan produktif sejak tahun 2015.
"Kami memulainya dari lahan kecil di dekat lapangan basket, lalu berangsur-angsur berkembang hingga seluas ini," ungkap Ibu Emi saat diwawancarai di lokasi, Ahad (19/10).
KWT Cemara fokus pada tanaman hortikultura, dengan komoditas utama sayuran kangkung dan kemangi. Hebatnya, mereka telah berhasil membangun kemandirian pasar.
"Kami tidak menjual ke pasar umum. Kami sudah punya pasar sendiri, langsung ke masyarakat sekitar dan beberapa rumah makan," jelasnya.
Sistem manajemen internal mereka juga profesional. Hasil penjualan dikumpulkan untuk membeli bibit dan pupuk kembali, dan sisa keuntungan akan dibagikan kepada anggota berdasarkan tingkat keaktifan mereka.
Meskipun Kelurahan Suka Maju dinilai responsif dalam membantu proposal dan kegiatan, Ibu Emi menyoroti tantangan yang lebih besar dalam realisasi program pemerintah yang lebih tinggi.
"Sebenarnya program pemerintah itu sudah bagus, seperti PKK Pokja 3 tentang ketahanan pangan dan program KWT ini sendiri. Tapi pelaksanaannya ke bawah itu yang kurang," tutur Ibu Emi.
Ia meyakini, jika program-program tersebut dapat berjalan kontinyu dan terealisasi dengan baik, ketahanan pangan di tingkat rumah tangga bisa terwujud.
Selain tantangan alam seperti cuaca dan hama, KWT Cemara menghadapi masalah sosial yang serius yakni pencurian aset produksi.
"Kalau yang hilang itu tanaman atau hasil panen, saya tidak masalah. Mungkin mereka butuh untuk makan," ujarnya.
"Tapi yang hilang ini barang inventaris. Cangkul, gerobak sorong, bahkan hand tractor kami pernah hilang," keluhnya.
Kehilangan alat produksi seperti traktor, yang dulu didapat dari dana pokir anggota dewan provinsi, menjadi pukulan berat yang menghambat perkembangan KWT.
Kehadiran mahasiswa KKN MBKM Fisip Unri diharapkan tidak hanya membawa tenaga dan semangat baru.
Vicky Satya Witjaksana, selaku perwakilan mahasiswa menyatakan bahwa partisipasi ini adalah wujud nyata Tridharma Perguruan Tinggi.
"Kami hadir untuk belajar dari ketangguhan Ibu-ibu KWT Cemara sekaligus mengimplementasikan ilmu. Kami berharap sinergi ini dapat menjadi branding positif, baik bagi KWT maupun bagi kami sebagai mahasiswa," ujarnya.
Lebih jauh, mahasiswa KKN Unri berkomitmen untuk membantu menyuarakan aspirasi KWT Cemara. (*)