SEBALIK.COM , PEKANBARU – Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor Provinsi Riau mengecam keras tayangan satu program di stasiun televisi Trans7 yang dinilai telah menghina dan melecehkan KH Anwar Manshur, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, serta merendahkan marwah dunia pesantren.
Ketua PW GP Ansor Riau, Khoirul Huda, menegaskan bahwa tayangan tersebut tidak hanya melukai hati santri dan masyarakat pesantren, tetapi juga menunjukkan ketidakpekaan media terhadap nilai-nilai keagamaan dan tradisi pesantren di Indonesia.
“Kami dari PW GP Ansor Riau mengecam keras tayangan yang menyinggung KH. Anwar Manshur. Beliau adalah ulama panutan, sosok yang sangat dihormati di kalangan santri dan pesantren. Apa yang dilakukan pihak Trans7 sangat tidak pantas dan telah mencederai perasaan umat,” tegas Khoirul Huda, Kamis (16/10/2025).
Khoirul Huda menyampaikan bahwa pihaknya akan memberikan dukungan penuh terhadap langkah Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) Riau yang berencana menggelar aksi damai di depan Mapolda Riau pada Sabtu, 18 Oktober 2025, sebagai bentuk protes atas tayangan tersebut.
“Kami akan meminta Banser dan LBH Ansor Riau untuk mengawal dan mendampingi rekan-rekan Himasal Riau dalam aksi damai nanti. Ini bentuk solidaritas kami terhadap para santri dan ulama yang dilecehkan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua LBH Ansor Riau, Supriono, menegaskan pihaknya siap memberikan pendampingan hukum kepada Himasal Riau.
“Kami akan mengawal proses ini secara hukum dan memastikan hak kebebasan berekspresi tidak dijadikan dalih untuk menghina simbol agama dan tokoh ulama. Kami mendorong aparat dan KPI untuk bertindak tegas,” tegas Supriono.
Lebih lanjut, Supriono menilai tindakan pelecehan terhadap ulama bukan sekadar kesalahan etika, tetapi bisa berdampak serius terhadap ketertiban sosial dan keagamaan.
"Kami akan pastikan hal ini diproses sesuai hukum yang berlaku,” tambahnya.
Khoirul Huda juga mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk memberikan sanksi tegas kepada pihak Trans7 atas tayangan yang dianggap melanggar norma kesusilaan, etika penyiaran, dan nilai keagamaan.
“Kami berharap KPI tidak diam. Tayangan semacam ini bisa memicu kegaduhan dan merusak kerukunan umat. Media harus lebih berhati-hati, apalagi jika menyangkut simbol-simbol keagamaan dan tokoh ulama,” tutupnya. (Maoelana)