SEBALIK.COM, PEKANBARU – Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Riau, Henny Sasmita Wahid, resmi menjalin kerja sama dengan 15 perguruan tinggi di Riau untuk mempercepat penurunan angka stunting di daerah tersebut.
Penandatanganan nota kesepahaman ini dilakukan dalam kegiatan Launching Program Gerakan Mahasiswa Peduli Stunting (GEMPITA) Riau, yang digelar di Gedung Daerah Balai Serindit, Kamis (16/10/2025). Acara tersebut turut disahkan oleh Asisten II Setdaprov Riau, Helmi D.
Henny mengatakan, kerja sama ini merupakan bagian dari komitmen bersama dalam memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk mencetak generasi Riau yang sehat dan bebas stunting.
“Melalui kolaborasi ini, kita berharap angka stunting di Provinsi Riau dapat terus menurun. Ini kerja besar yang memerlukan kepedulian dan kebersamaan semua pihak,” ujar Henny.
Sebanyak 15 perguruan tinggi menandatangani perjanjian kerja sama, di antaranya Universitas Riau (UNRI), UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Universitas Muhammadiyah Riau, Universitas Abdurrab, Universitas Awal Bros, Universitas Hang Tuah, Universitas Rokaniyah Rokan Hulu, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Poltekkes Kemenkes Riau, Institut Kesehatan dan Teknologi Al Insyirah, Institut Kesehatan Payung Negeri, Institut Kesehatan Helvetia, STIKes Tengku Maharatu, STIKes Pekanbaru Medical Center (PMC), dan Universitas Pasir Pengaraian Rokan Hulu.
Selain itu, TP PKK Riau juga memperluas jejaring kerja sama dengan unsur pentahelix, seperti BKKBN Riau, Baznas Riau, Universitas Lancang Kuning, Universitas Abdurrab, Institut Teknologi Pelita Indonesia, RRI Pekanbaru, Aulia Hospital, Balai Bahasa Riau, dan BPMP Riau.
Dalam program GEMPITA Riau, mahasiswa akan dilibatkan sebagai “Kakak Asuh Stunting” — peran yang tidak hanya fokus pada edukasi gizi dan kesehatan, tetapi juga pendampingan emosional bagi anak dan keluarga berisiko stunting.
“Kami ingin para mahasiswa hadir bukan sekadar memberikan penyuluhan, tapi juga menjadi pendamping yang peduli dan tulus membantu keluarga sasaran,” tutur Henny.
Henny menegaskan bahwa persoalan stunting bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga menyangkut masa depan sumber daya manusia Indonesia.
“Anak-anak yang mengalami stunting cenderung menghadapi risiko pertumbuhan terhambat, kesulitan belajar, dan rendahnya produktivitas di masa depan. Karena itu, semua pihak harus bergerak bersama,” tegasnya.
Lewat GEMPITA Riau, TP PKK berharap seluruh elemen — pemerintah, perguruan tinggi, lembaga sosial, hingga dunia usaha — dapat berperan aktif dalam memperkuat layanan Posyandu, memperluas edukasi gizi, dan memastikan program berjalan berkelanjutan.
“Gerakan ini menjadi bukti nyata semangat gotong royong masyarakat Riau. Dengan kerja sama yang solid, kita optimis dapat mewujudkan Riau bebas stunting,” tutup Henny Wahid. (*)