SEBALIK.COM, JAKARTA – Nama mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim tengah menjadi sorotan publik usai ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook.
Di tengah ramainya isu tersebut, mantan Menko Polhukam Mahfud MD membeberkan pengalaman pribadinya bersama Nadiem saat masih menjabat sebagai Mendikbud.
Awalnya Dipuji, Lalu Dikritik
Dalam tayangan di kanal YouTube Mahfud MD Official, Rabu (10/9), Mahfud sempat memberikan pujian kepada pendiri Gojek itu.
“Nadiem Makarim itu dianggap wah, orang hebat. Anak muda bisa bikin macam-macam yang katanya membanggakan bangsa,” ujar Mahfud.
Namun, menurut Mahfud, Nadiem tidak memiliki rekam jejak di bidang pendidikan. Selama menjabat, ia dinilai jarang berinteraksi dengan perguruan tinggi.
“Bayangkan, Nadiem selama menjadi menteri nggak pernah sekali pun datang ke kampus perguruan tinggi. Ke UI pun hanya sekali, itu pun sekadar melantik, bukan memberi arahan kebijakan,” ungkap Mahfud.
Minim Arahan ke Perguruan Tinggi
Mahfud mengenang masa pandemi COVID-19, ketika Presiden Joko Widodo meminta perguruan tinggi diberi arahan khusus. Namun, para rektor justru mengaku tidak pernah sekalipun mendapat pengarahan dari Mendikbud.
“Mereka bilang, alhamdulillah menteri bisa menegur kami. Selama ini nggak pernah diberi arahan atau ketemu,” kata Mahfud.
Bekerja di Hotel, Sulit Ditemui
Lebih jauh, Mahfud juga mengungkap bahwa Nadiem termasuk pejabat yang sulit ditemui, bahkan oleh pejabat tinggi negara.
“Ada seorang petinggi besar mau ketemu Pak Nadiem nggak bisa. Berkali-kali daftar nggak bisa. Lalu di mana? Ditemui di hotel, karena konon dia nggak ngantor di kantornya,” ungkapnya.
Mahfud menilai gaya kerja Nadiem masih terbawa dari dunia start-up yang serba cepat, tetapi tidak sesuai dengan mekanisme birokrasi pemerintahan.
“Dia berpikirnya taktis saja, kayak ngatur bisnis ojek. Padahal birokrasi kan tidak begitu. Tapi bahwa dia itu bersih, ya saya yakin bersih,” pungkas Mahfud. (*)