SEBALIK.COM, JAKARTA — Kementerian Agama (Kemenag) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) memperkuat sinergi dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui pendekatan keagamaan. Kolaborasi ini dinilai strategis karena agama memiliki kekuatan moral dan spiritual dalam membangun kesadaran masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar saat menerima audiensi Kepala BNN Komjen Pol. Suyudi Ario Seto di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (23/12/2025).
Menag menegaskan bahwa rumah ibadah dan ruang-ruang keagamaan harus menjadi garda terdepan dalam menyampaikan pesan pencegahan narkoba. Menurutnya, para penceramah dan tokoh agama memiliki posisi penting dalam menanamkan nilai-nilai penolakan terhadap narkoba kepada umat.
“Kita perlu memasukkan pesan pencegahan narkoba ke dalam ruang-ruang keagamaan. Para penceramah memiliki daya pengaruh yang besar untuk membangun kesadaran moral umat,” ujar Menag.
Ia menjelaskan, Kementerian Agama memiliki sedikitnya sepuluh potensi besar yang dapat digerakkan secara sistematis, mulai dari penyuluh dan guru agama, imam dan remaja masjid, pesantren, majelis taklim, organisasi kemasyarakatan Islam, hingga perguruan tinggi keagamaan.
“Jika seluruh potensi ini bergerak bersama, dampaknya akan sangat luas. Program BNN bisa menjangkau langsung masyarakat hingga ke akar rumput,” tegasnya.
Menag juga menyatakan kesiapan Kemenag mendukung program ANANDA BERSINAR (Aksi Nasional Anti Narkotika Dimulai dari Anak) dan IKAN BERSINAR (Integrasi Kurikulum Anti Narkoba). Ia menilai kedua program tersebut sejalan dengan misi Kemenag dalam membentuk generasi beriman, berakhlak, dan tangguh menghadapi ancaman sosial.
“Pendekatan agama bukan untuk menakut-nakuti, tetapi membangun kesadaran, keteguhan sikap, dan keberanian anak-anak untuk menolak narkoba,” ujarnya.
Menurut Menag, agama menyentuh dimensi akal dan batin manusia. Ketika kesadaran akal terbangun, maka perubahan sikap dan perilaku akan mengikuti. Karena itu, pendekatan keagamaan juga relevan dalam proses rehabilitasi korban narkotika yang mengedepankan nilai kemanusiaan dan kasih sayang.
Sementara itu, Kepala BNN Komjen Pol. Suyudi Ario Seto mengapresiasi dukungan Kementerian Agama, termasuk implementasi awal kurikulum anti narkoba di MAN 1 Jakarta. Ia menjelaskan, kurikulum IKAN BERSINAR dirancang untuk diterapkan dari jenjang PAUD hingga pendidikan tinggi dan akan diuji coba di lima provinsi.
“Data BRIN tahun 2025 menunjukkan prevalensi penyalahgunaan narkotika mencapai 2,11 persen atau sekitar 4,1 juta orang. Sebagian besar kasus berawal dari pergaulan, sehingga edukasi sejak dini menjadi kunci,” jelas Suyudi.
Ia menambahkan, kerja sama dengan Kemenag sangat strategis karena peran kementerian tersebut sebagai penggerak moral bangsa melalui jaringan tokoh agama, pendidik, dan lembaga keagamaan.
Audiensi ini menjadi langkah awal penguatan kolaborasi Kemenag dan BNN dalam membangun ketahanan moral generasi muda demi mewujudkan Indonesia bersih dari narkoba. (*)