Kemenag Siapkan Desain Layanan Keagamaan Kekinian untuk Gen Z dan Alpha, dari Musik hingga Olahraga

Kemenag Siapkan Desain Layanan Keagamaan Kekinian untuk Gen Z dan Alpha, dari Musik hingga Olahraga
Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad (podium)

SEBALIK.COM, BANDUNG — Kementerian Agama tengah menata ulang pendekatan layanan keagamaan agar lebih relevan bagi Generasi Z dan Alpha. Dirjen Bimas Islam, Abu Rokhmad, menilai transformasi metode dakwah menjadi kebutuhan mendesak seiring perubahan kultur dan pola interaksi generasi muda yang hidup dalam dunia digital dan budaya populer.

“Generasi Z dan Alpha tumbuh dalam ruang digital dan budaya populer. Layanan keagamaan harus hadir di sana agar pesan Islam tetap relevan dan mudah diterima,” ujar Abu Rokhmad di Bandung, Minggu (7/12/2025).

Menurutnya, perubahan perilaku generasi muda menuntut pemerintah merumuskan ulang strategi komunikasi keagamaan. Musik, film, olahraga, dan konten digital dinilai sebagai media yang semakin efektif untuk menghadirkan pesan Islam secara ringan, ramah, dan mudah dipahami.

“Karena itu, kami mendorong desain program Penerangan Agama Islam 2025–2026 dibuat lebih kreatif dan terbuka, dengan melibatkan ruang publik seperti festival musik Islami, kompetisi film pendek, hingga ajang olahraga,” jelasnya.

Abu menegaskan bahwa pendekatan konvensional tidak lagi mencukupi. Aparatur dituntut memahami cara berpikir generasi baru yang terbiasa dengan ritme cepat, konten visual, serta interaksi digital. Ia juga menyoroti pentingnya layanan keagamaan yang terukur dan berdampak langsung bagi masyarakat.

Penyuluh agama, lanjutnya, memegang peran strategis sebagai garda depan berbagai layanan dasar keagamaan, mulai dari penanganan jenazah, khotbah Jumat, hingga pembinaan bagi warga yang belum bisa membaca Al-Qur’an.

“Penyuluh adalah wajah negara. Mereka memastikan layanan keagamaan benar-benar dirasakan masyarakat,” tegasnya.

Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, dalam laporannya menyampaikan bahwa hampir seluruh target kuantitatif tahun 2025 telah tercapai. Namun ia mengingatkan bahwa keberhasilan tidak boleh berhenti pada pencapaian angka semata.

“Yang paling penting adalah kualitas layanan dan dampaknya bagi masyarakat,” ujarnya.

Zayadi menyebutkan bahwa forum kerja sama di Bandung menjadi ruang untuk memperkuat kesinambungan program menuju 2026, sekaligus menjadi momentum refleksi aparatur dalam membangun integritas dan pola kerja kolaboratif. Ia menekankan bahwa aparatur harus sigap dalam isu strategis, termasuk saat terjadi bencana maupun kebutuhan layanan keagamaan mendesak.

“Integritas yang kuat akan melahirkan sinergi yang hebat. Itu fondasi kita,” tegasnya.

Transformasi layanan keagamaan yang sedang dijalankan Bimas Islam diharapkan tidak hanya memperkuat kinerja internal, tetapi juga memperluas jangkauan layanan publik serta memastikan nilai-nilai Islam moderat dan inklusif dapat diterima generasi masa depan. (*)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index