SEBALIK.COM, SELATPANJANG – Bagi warga Kepulauan Meranti, Kempang bukan sekadar perahu kayu bermesin. Ia adalah penghubung kehidupan: membawa anak sekolah ke kota, pedagang kecil mengantar dagangan, hingga keluarga yang menyeberang antar pulau untuk sekadar bersilaturahmi.
Namun, di balik perannya yang vital itu, muncul persoalan baru: premi asuransi operasional. Biaya yang harus ditanggung pengusaha Kempang dianggap memberatkan, padahal usaha ini sebagian besar dikelola dengan modal pas-pasan.
Dalam rapat yang dipimpin Wakil Bupati Kepulauan Meranti, Muzamil Baharudin, Rabu (1/10/2025), suara-suara itu mencuat. Muzamil menegaskan bahwa keberadaan Jasa Raharja bukan untuk membebani, melainkan memberi perlindungan jika musibah tak terduga menimpa.
“Yang harus kita titikberatkan adalah keselamatan penumpang. Nyawa masyarakat Meranti jauh lebih berharga,” tegas Muzamil.
Tarno, Ketua Asosiasi Pengusaha Kempang, ikut menyuarakan kegelisahan. “Kempang ini usaha kecil, bukan bisnis besar. Kalau iuran terlalu tinggi, kami kesulitan bertahan. Padahal, kami hanya ingin terus melayani masyarakat,” ucapnya.
Bagi para penumpang, premi asuransi mungkin terdengar teknis. Namun, bagi seorang ibu rumah tangga yang setiap minggu menyeberang membawa hasil kebun, atau bagi siswa yang setiap pagi berangkat sekolah dengan Kempang, arti sesungguhnya adalah rasa aman.
“Kalau ada asuransi, paling tidak kami merasa tenang. Karena laut tidak bisa ditebak,” kata seorang penumpang usai rapat.
Kepala Cabang Jasa Raharja Dumai, Zaheed, menegaskan bahwa tujuan premi adalah semata-mata untuk perlindungan. “Kami ingin masyarakat pengguna Kempang punya jaminan, baik penumpang maupun kendaraan,” ujarnya.
Rapat ditutup dengan komitmen bersama untuk mencari jalan tengah: iuran yang tidak memberatkan pengusaha, tetapi cukup untuk memastikan keselamatan warga. Karena pada akhirnya, Kempang bukan sekadar transportasi, melainkan nadi kehidupan di Kepulauan Meranti. (*)