Zohran Mamdani Ukir Sejarah, Jadi Wali Kota Muslim Pertama New York

Rabu, 05 November 2025 | 19:00:00 WIB
Politisi Partai Demokrat Zohran Mamdani

SEBALIK.COM — Politisi Partai Demokrat Zohran Mamdani resmi terpilih sebagai Wali Kota New York City dalam pemilihan umum yang digelar Selasa (4/11/2025) waktu setempat.

Kemenangannya mencatat sejarah baru, menjadikannya Wali Kota Muslim pertama, sekaligus Wali Kota pertama berdarah Asia Selatan dan kelahiran Afrika di kota terbesar Amerika Serikat tersebut.

Berdasarkan proyeksi Associated Press (AP) yang didasarkan pada 89 persen suara yang telah dihitung, Mamdani meraih 50,4 persen suara, unggul signifikan atas dua pesaingnya: mantan Gubernur New York Andrew Cuomo (independen) dengan 41,6 persen suara, dan Curtis Sliwa dari Partai Republik yang memperoleh 7,1 persen.

Dengan hasil tersebut, AP secara resmi menetapkan Mamdani sebagai pemenang pemilu Wali Kota New York 2025, menggantikan petahana Eric Adams.

Mamdani, yang kini berusia 34 tahun, juga menjadi Wali Kota termuda New York dalam lebih dari satu abad. Ia dijadwalkan dilantik pada 1 Januari 2026.
Kemenangan ini sekaligus memperkuat posisi sayap progresif Partai Demokrat, yang selama beberapa tahun terakhir mendorong partai untuk lebih terbuka terhadap kandidat muda dan berhaluan kiri moderat.

Dalam pidato kemenangannya di Brooklyn, Mamdani disambut sorak dan pelukan para pendukungnya. Beberapa di antaranya bahkan meneteskan air mata ketika AP mengumumkan hasil kemenangan tersebut.

Di akun media sosial resminya, Mamdani membagikan video kereta bawah tanah yang berhenti di stasiun Balai Kota New York, dengan keterangan simbolik:

“Perhentian berikutnya dan terakhir adalah Balai Kota.”

Zohran Mamdani lahir di Kampala, Uganda, dari keluarga imigran keturunan India. Ia kemudian menetap di Amerika Serikat dan aktif di bidang organisasi sosial, advokasi perumahan, dan isu keadilan ekonomi. Sebelum mencalonkan diri sebagai wali kota, ia dikenal sebagai anggota parlemen negara bagian New York yang vokal memperjuangkan hak-hak masyarakat kelas pekerja dan minoritas.

Kemenangannya dianggap sebagai simbol keragaman dan inklusivitas politik Amerika modern, di mana warga memilih berdasarkan gagasan dan integritas, bukan latar belakang agama atau etnis. (*)

Terkini