SEBALIK.COM, DUMAI – Kebakaran yang melanda Kilang Pertamina Dumai, Riau, kembali memunculkan sorotan serius terhadap kondisi infrastruktur perminyakan Indonesia. Peristiwa ini disebut menjadi alarm rapuhnya ketahanan energi nasional.
Ketua Majelis Pertimbangan Pusat PKS, Mulyanto, menilai insiden tersebut memperlihatkan lemahnya sistem perkilangan dalam negeri.
“Fakta ini tentu tidak menggembirakan. Yang gembira hanya para mafia impor migas yang terus bisa mendulang untung. Artinya kita tidak bisa lagi menunda reformasi perkilangan nasional. Kita harus bertindak cepat dan terukur. Bila tidak, kita akan terus poco-poco, tidak ada kemajuan yang berarti,” kata Anggota Komisi Energi DPR RI periode 2019–2024 itu, Kamis (2/10/2025).
Menurutnya, produksi minyak nasional yang hanya sekitar 600 ribu barel per hari (BPH) jauh dari kebutuhan 1,6 juta BPH. Sementara kapasitas kilang domestik berkisar ±1 juta BPH, sehingga ketergantungan pada impor BBM kian besar dan subsidi energi dalam APBN semakin berat.
Mulyanto mendesak pemerintah segera melakukan audit menyeluruh terhadap kilang-kilang tua seperti Dumai, Balongan, dan Cilacap. Audit teknis itu, katanya, harus disertai penggantian peralatan rentan serta peningkatan sistem keselamatan dan proteksi kebakaran.
“Tanpa langkah serius, risiko kebakaran akan berulang dan bisa melumpuhkan pasokan energi nasional,” ujarnya, dikutip dari RMOL.
Ia menambahkan, hampir setiap empat bulan sekali terjadi insiden kebakaran kilang minyak, meski Pertamina sudah membentuk unit manajemen risiko setingkat direktur.
Selain perbaikan sistem keamanan, Mulyanto juga mendorong percepatan proyek peningkatan kapasitas kilang lama (RDMP) serta pembangunan kilang baru.
“Modernisasi kilang Balikpapan, Cilacap, dan Balongan harus dituntaskan sesuai jadwal. Kita sedih melihat kilang Balikpapan yang terbakar tahun lalu, padahal baru saja ditingkatkan kapasitasnya,” tutupnya. (*)