SEBALIK.COM, PEKANBARU – Ustaz Abdul Somad (UAS) menanggapi polemik tayangan Xpose Uncensored yang ditayangkan Trans7, yang menuai kecaman karena dinilai melecehkan dunia pesantren dan para kiai, termasuk KH Anwar Manshur, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Melalui ceramah yang diunggah di kanal YouTube Ustadz Abdul Somad Official, UAS menilai pihak yang membuat tayangan tersebut gagal memahami nilai-nilai adab dan cinta yang hidup di pesantren.
“Yang bingung itu bukan santri atau kiai, tapi mereka yang hidupnya transaksional, yang tak punya rasa cinta,” ujar UAS dalam video berdurasi tujuh menit itu.
Menurutnya, hubungan antara santri dan kiai bukan sekadar relasi guru dan murid, tetapi ikatan spiritual yang tumbuh dari cinta terhadap ilmu dan keikhlasan dalam mengajar.
“Santri mencintai kiai karena cinta pada ilmu. Kiai mencintai santri karena ingin menularkan ilmu dan keberkahan. Orang yang tak pernah mencinta akan menilai hubungan itu aneh,” jelasnya.
UAS menyebut sebagian pihak menilai adab di pesantren dari kacamata duniawi semata. Ia menilai, tradisi mencium tangan guru, mengabdi di pondok, atau berkhidmat bukan bentuk keterbelakangan, melainkan wujud penghormatan dan kerendahan hati.
“Santri yang menghormati gurunya justru sedang menundukkan ego. Orang yang tak pernah jatuh cinta akan menganggap yang mencinta itu gila,” ujarnya dengan nada satire.
Ia kemudian menyinggung keteladanan KH Anwar Manshur, yang menurutnya merupakan sosok kiai sejati.
“Beliau sudah berusia 80 tahun, tapi masih mengajar sampai enam jam sehari. Kadang lupa waktu salat, bukan karena lalai, tapi karena cinta pada kitab,” ungkap UAS.
UAS menyarankan agar pihak yang tidak memahami dunia pesantren datang langsung untuk melihat kehidupan para santri, bukan menilai dari potongan tayangan.
“Kalau tak paham, datanglah ke pesantren. Ikut ngaji tiga hari, rasakan kehidupan mereka. Jangan menilai hanya dari video pendek,” katanya.
Ia menegaskan, pesantren adalah tempat pembentukan karakter dan adab, bukan sekadar lembaga pendidikan agama.
“Adab itu pintu ilmu. Kalau tidak bisa menghormati guru, ilmu tak akan masuk ke hati,” tegasnya.
Di akhir pesannya, UAS mengingatkan pentingnya tanggung jawab media dalam menyajikan tayangan yang berimbang dan menghargai nilai keagamaan.
“Kalau tidak paham, jangan menertawakan. Karena dari pesantrenlah lahir cinta, keikhlasan, dan perjuangan para ulama. Indonesia merdeka karena cinta yang ditanamkan kiai,” tutupnya. (*)