Ibu adalah Hulu: Lokakarya Pewarisan Sastra Anak Berbasis Bahasa Ibu di SLB Negeri 1 Bangkinang Kota

Sabtu, 30 Agustus 2025 | 18:00:00 WIB

SEBALIK.COM, BANGKINANG - Bahasa Ibu adalah gerbang pertama anak mengenal dunia dan membentuk jati dirinya. Dengan semangat tersebut, kegiatan Lokakarya “Ibu adalah Hulu: Proses Pewarisan Sastra Anak Berbasis Bahasa Ibu” digelar pada 30–31 Agustus 2025 di SLB Negeri 1 Bangkinang Kota.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FPK) Wilayah IV Tahun 2025, dengan Siti Salmah sebagai penerima FPK. Lokakarya dua hari ini terlaksana atas kolaborasi antara Siti Salmah dan SLB Negeri 1 Bangkinang Kota, dan dibuka secara resmi oleh Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Bangkinang Kota, Ibu Yusneli, M.Pd.

Turut hadir tamu undangan dari berbagai instansi, di antaranya Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Kampar, Forum Anak Kampar, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kampar, Dinas PUPR, serta para kepala sekolah SD, SMP, dan SMA se-Kabupaten Kampar.

Lokakarya ini menghadirkan tiga narasumber: Murparsaulian (sastrawan dan pendidik), Andreas Mazland (penulis dan pegiat literasi), serta Siti Salmah (penulis dan fasilitator kebudayaan). Mereka membahas pentingnya bahasa Ibu sebagai sumber inspirasi, sarana ekspresi, dan jembatan pewarisan nilai-nilai budaya melalui sastra anak.

Dalam kata pengantarnya, Siti Salmah menyampaikan bahwa program Ibu adalah Hulu lahir dari keprihatinan sekaligus harapan terhadap keberlangsungan sastra anak berbasis bahasa Ibu yang semakin terpinggirkan di tengah arus globalisasi.

“Bahasa Ibu adalah gerbang awal anak mengenal dunia dan membentuk jati dirinya. Dalam konteks budaya Melayu Riau, sastra anak seperti cerita anak, puisi, dongeng, pantun, dan mantra semakin jarang dijumpai. Melalui program ini saya berharap dapat membuka ruang yang lebih luas bagi tumbuhnya sastra anak berbasis bahasa Ibu yang tidak hanya menarik dan edukatif, tetapi juga menjadi medium pewarisan budaya yang menyenangkan,” ujar Siti Salmah.

Dalam sambutannya, Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Bangkinang Kota, Ibu Yusneli, M.Pd., menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini.

“Kami berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak sekolah. Anak-anak kami di SLB perlu ruang berekspresi dan mengenal bahasa daerahnya dengan cara yang menyenangkan. Melalui sastra dan cerita, mereka dapat tumbuh dengan rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap budayanya sendiri,” ungkap Yusneli.

Para peserta lokakarya yang terdiri dari guru, pelajar, dan mahasiswa juga menyampaikan antusiasme dan harapan serupa. Bagi guru, kegiatan ini menjadi inspirasi untuk menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis budaya lokal di sekolah.

Para pelajar merasa bangga bisa mengenal kembali bahasa daerah yang mungkin sudah jarang mereka dengar di rumah. Sementara itu, mahasiswa melihat kegiatan ini sebagai peluang riset dan kolaborasi kreatif dalam pengembangan literasi berbasis bahasa Ibu.

Lokakarya ini diwarnai dengan sesi praktik bercerita, penulisan cerita anak dalam bahasa daerah, serta refleksi bersama. Keterlibatan para pendidik, seniman, dan anak-anak menjadi cerminan semangat kolektif untuk menjaga, merawat, dan menghidupkan kembali bahasa Ibu dalam wujud yang lebih dekat dengan dunia anak-anak.

Siti Salmah juga menyampaikan apresiasi kepada Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IV yang telah mendukung penuh pelaksanaan program ini. Ia berharap Ibu adalah Hulu menjadi langkah awal dari gerakan pewarisan budaya yang lebih luas dan berkelanjutan di masa mendatang. (*)

Terkini