Masyarakat Madura Peringati Maulid Nabi dengan Tradisi Malam Cocoghen

Sabtu, 06 September 2025 | 15:23:22 WIB
Tradisi Malam Cocoghen merupakan cara khas masyarakat Madura dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.

SEBALIK.COM - Tradisi Malam Cocoghen merupakan cara khas masyarakat Madura dalam merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Dulu, tradisi ini dipercaya sebagai malam sakral dengan momen budaya religius.

Masyarakat berkumpul melafalkan bacaan berzanjih, diba', dan diiringi lantunan salawat yang merdu. Pada malam itu, mereka membawa aneka makanan tradisional.

Mulai ketan putih atau plotan, apem dan kadang nasi tumpeng, termasuk buah-buahan yang identik pada peringatan maulid nabi.

Sebagian warga pun saling bertukar makanan satu sama lain. "Kata cocoghen berasal dari bahasa Madura. Dari kata cocog yang berarti cocok atau tepat," kata Kiai Atiqullah Ketua Yayasan Darul Hikmah, Pamekasan, dikutip dari kompas.com.

Tradisi ini digelar tepat pada malam 12 Rabiul Awal seperti yang dilakukan warga di Masjid Darul Hikmah di Desa Larangan Badung, Palengaan, Pamekasan Jawa Timur, Kamis (4/9/2025) malam.

"Kita bersalawat tepat di malam itu sebagai rasa kecintaan kami kepada Nabi Muhammad pada tanggal malam kelahiran beliau," katanya.

Dulu, tradisi cocoghen ini serentak digelar pada malam yang sama. Mulai dari rumah-rumah warga, musala hingga masjid.

Pada malam itu pula, masyarakat melaksanakan doa bersama untuk keselamatan keluarga, masyarakat dan negeri.

"Malam cocoghen ini juga sebagai ajang silaturrahim antar keluarga, tetangga dan ajtar masyarakat. Bahkan ada yang mendatangkan pendakwah untuk memperkuat kecintaan kita kepada Nabi Muhammad," ucap Kiai Atiqullah.

Dosen UIN Madura ini mengatakan, tradisi cocoghen mengandung nilai religius, kebersamaan dan keperdulian sosial yang melekat di masyarakat.

Tradisi cocoghen di Madura tidak hanya ritual keagamaan. Tapi juga identitas kearifan lokal yang tetap dilestarikan.

"Makna spiritual malem cocoghen adalah meneladani akhlak Nabi Muhammad, memperkuat keimanan, dan menanamkan rasa syukur atas nikmat Islam," katanya.

Direktur Pasca Sarjana UIN Madura ini menambahkan, tradisi malem cocoghen masih dipertahankan sampai saat ini.

Meskipun terkadang ada konsep modern dilakukan sebagian warga, namun tidak mengurangi makna maulid nabi. (*)

Halaman :

Terkini