Budayawan Riau Meriahkan FSIGB 2025 Kepri, Simbol Persaudaraan Melayu Serantau

Selasa, 28 Oktober 2025 | 14:46:59 WIB
Festival Sastra Internasional Gunung Bintan (FSIGB) 2025.

SEBALIK.COM , PEKANBARU - Sejumlah tokoh sastra dan budayawan asal Riau turut hadir memeriahkan pembukaan Festival Sastra Internasional Gunung Bintan (FSIGB) 2025, Selasa (28/10/2025), di pelataran Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Sri Inderasakti, Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Hadir di antara tamu kehormatan adalah Prof Husni Abadi, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, Fakhrunnas MA Jabbar, Murparsaulian, dan Norham Abdul Wahab, para sastrawan dan akademisi yang selama ini dikenal aktif memperkuat tradisi literasi Melayu di Riau dan kawasan serantau.

Kehadiran mereka menjadi simbol keterhubungan kultural antara Riau dan Kepulauan Riau sebagai dua wilayah yang memiliki akar sastra dan sejarah budaya yang sama.

Sastrawan asal Riau, Norham Abdul Wahab, mengapresiasi penyelenggaraan FSIGB 2025 yang menurutnya menjadi ruang penting bagi tumbuhnya kesadaran kolektif tentang jati diri sastra Melayu.

“Festival ini bukan sekadar temu sastrawan, tetapi juga ruang penyambung rasa antara kita yang hidup di wilayah serumpun. Dari Riau hingga Kepri," ujar Norham.

Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Prof Dr Yusril Ihza Mahendra, dan disaksikan oleh Gubernur Kepulauan Riau H Ansar Ahmad, para sastrawan, tokoh budaya, serta sejumlah pejabat negara.

Tahun ini menjadi pelaksanaan ke-8 FSIGB, yang kembali meneguhkan Kepulauan Riau sebagai simpul penting jejaring sastra Melayu dunia. 

Mengusung semangat diplomasi budaya lintas negara, festival ini mempertemukan sekitar 100 penyair dan penulis dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura dalam forum kreatif dan persaudaraan sastra.

Pada malam pembukaan, Yusril Ihza Mahendra bersama sejumlah sastrawan akan meluncurkan dua antologi puisi kolaboratif berjudul Jazirah 24 dan Jazirah 25. 

Peluncuran ini disertai dengan pembacaan puisi oleh perwakilan dari tiga negara peserta sebagai simbol persahabatan serumpun Melayu.

Tak hanya menampilkan karya sastra, FSIGB 2025 juga menghadirkan seminar internasional bertema “Pengaruh Karya Penulis Kepri terhadap Perkembangan Sastra Serantau.” 

Seminar ini akan diisi oleh para akademisi dan sastrawan terkemuka, antara lain Prof Abdul Malik, Prof Hasanudin WS, Dr Mukjizah, Dr Norhayatie Abd Rahman, dan Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Datuk Seri Taufik Ikram Jamil.

Para narasumber akan mengulas kontribusi para penulis Kepri dalam membangun jembatan sastra Melayu modern yang berakar pada tradisi lokal namun bergaung hingga ke kancah global. 

Diskusi lintas negara ini diharapkan mampu memperkokoh posisi Kepri sebagai pusat kebangkitan sastra serumpun di Asia Tenggara.

Selain seminar, pengunjung juga dapat menikmati pameran naskah dan buku karya penulis Kepri yang menampilkan perjalanan literasi Melayu sejak abad ke-19 hingga era digital. Pameran ini membuka ruang bagi publik untuk memahami kekayaan warisan intelektual masyarakat pesisir.

Salah satu agenda yang paling ditunggu adalah Parade Baca Puisi Bulan Bahasa, yang akan menampilkan para penyair dari berbagai daerah membacakan karya mereka di ruang terbuka. Selama empat hari penuh, Tanjungpinang akan menjelma menjadi panggung besar ekspresi bahasa dan budaya Melayu.

Pada malam pembukaan juga dijadwalkan bedah buku karya Dr Yusron Ihza Mahendra, mantan Duta Besar RI untuk Jepang, yang akan menambah nuansa intelektual dalam perhelatan sastra ini.

Penanggung jawab acara, Datuk Seri Rida K Liamsi, menegaskan bahwa FSIGB bukan hanya sekadar festival, tetapi juga momentum memperkuat diplomasi budaya antarnegara serumpun.

“Sastra adalah bahasa yang menyatukan perasaan, sejarah, dan cita-cita bangsa serumpun. Dari Kepri, kita perkuat jejaring ini agar terus hidup dan berkembang,” ujar Rida.

Dengan deretan agenda yang sarat makna, FSIGB 2025 menjadi lebih dari sekadar perayaan karya sastra. Ia adalah simbol kolaborasi, persahabatan, dan semangat bersama membangun masa depan literasi Melayu di tingkat global. (Maoelana)

Terkini