Menhut Libatkan Dokter Spesialis Gajah India Cegah Penyebaran Virus EEHV di Riau

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:40:00 WIB
Tim gabungan melakukan evaluasi kesehatan gajah di Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina, Riau. Istimewa

SEBALIK.COM, BENGKALIS - Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni memberikan perhatian serius terhadap upaya pencegahan penyebaran Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV) pada gajah Sumatera menyusul kematian anak gajah betina bernama Laila di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sebanga, Bengkalis, Riau.

Sebagai langkah antisipasi agar kasus serupa tidak terulang, Menteri Kehutanan menggandeng Fauna Land Indonesia dan mendatangkan tim dokter spesialis gajah dari Vantara, India. Vantara dikenal sebagai pusat penyelamatan, rehabilitasi, dan konservasi satwa liar raksasa yang memiliki salah satu rumah sakit gajah tercanggih di dunia, berlokasi di Jamnagar, Gujarat.

“Saya sudah menghubungi rekan di India dan mereka telah menemukan antivirusnya. Tinggal dilakukan studi kecocokan dengan gajah di Indonesia. Saat ini sudah ada perkembangan dan bahkan mereka bersedia memberikan secara gratis jika dinilai cocok,” ujar Raja Juli Antoni saat meninjau PKG Sebanga, Jumat (29/11/2025).

Menindaklanjuti arahan tersebut, Senin (22/12/2025), Fauna Land Indonesia bersama tim medis dari Vantara India tiba di Riau untuk melakukan analisis kesehatan serta menyusun langkah-langkah preventif guna mencegah penyebaran virus EEHV pada populasi gajah Sumatera.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Prof. Satyawan Pudyatmoko, mengatakan bahwa tim gabungan melakukan evaluasi kondisi kesehatan gajah di Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina, Riau.

“Kami bersama tim dari Vantara India melakukan evaluasi kesehatan gajah yang sedang dalam perawatan. Beberapa waktu lalu terjadi kematian anak gajah akibat virus EEHV dan hal inilah yang ingin kita cegah ke depan,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa pencegahan penyakit EEHV memerlukan kemampuan deteksi dini, data kesehatan yang kuat, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia, termasuk pelatihan bagi mahut atau pawang gajah.

“Kerja sama internasional ini sangat penting untuk memperkuat perlindungan gajah Sumatera yang saat ini menghadapi ancaman, baik dari penyakit menular maupun kerusakan habitat,” tambah Satyawan.

Upaya pencegahan tersebut tidak hanya difokuskan di TWA Buluh Cina, namun juga akan diperluas ke sejumlah kantong gajah lainnya seperti Taman Nasional Tesso Nilo, PKG Sebanga, Way Kambas, serta lokasi konservasi gajah di wilayah lain.

Sementara itu, CEO Fauna Land Indonesia, Danny Gunalen, menyatakan kesiapan pihaknya mendukung penuh pemerintah dalam survei dan penanganan kesehatan gajah. Fauna Land Indonesia berperan sebagai mitra resmi Vantara di Indonesia.

“Kami membantu kementerian dalam survei kesehatan gajah di TWA Buluh Cina. Vantara merupakan salah satu pusat penyelamatan dan rumah sakit gajah terbesar di dunia,” ujarnya.

Danny menambahkan bahwa tim dokter spesialis dari India telah melakukan diagnosis awal serta mempelajari kondisi kesehatan dan kesejahteraan gajah pasca merebaknya virus EEHV.

“Langkah preventif medis akan dilakukan secara berkala agar kejadian kematian gajah akibat virus ini tidak terulang,” pungkasnya.

Kolaborasi lintas negara ini diharapkan dapat memperkuat sistem perlindungan gajah di Indonesia sekaligus menjadi model penanganan kesehatan satwa liar berbasis pencegahan dini dan data ilmiah. (*)

Terkini