SEBALIK.COM, BENGKALIS — Yayasan Gambut bersama Pan Pacific Conservation Foundation (PPCF) dan Yayasan Bahtera Melayu melaksanakan pemasangan Fire Danger Rating System (FDRS) di Desa Pematang Duku, Kecamatan Bengkalis, pada Ahad, 7 Desember 2025.
Langkah ini menjadi upaya strategis dalam memperkuat mitigasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di kawasan gambut yang memiliki tingkat kerentanan tinggi pada musim kemarau. FDRS berfungsi memberikan informasi tingkat kerawanan kebakaran secara real-time berdasarkan data iklim dan kondisi lingkungan, sehingga dapat mendukung deteksi dini, pengawasan, serta pencegahan karhutla di tingkat desa.
Kegiatan pemasangan FDRS dihadiri perwakilan Yayasan Gambut, tim PPCF, pengurus Yayasan Bahtera Melayu, kelompok Paghet Seghaghah Desa Kelapa Pati, perangkat desa, serta anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Ketiau Jaya sebagai pihak pemanfaat. Tim teknis Yayasan Gambut juga memberikan penjelasan mengenai cara kerja alat, prosedur perawatan, dan pemanfaatan sistem untuk pengawasan lingkungan.
Direktur Yayasan Gambut, Mulyadi, menyampaikan bahwa Bengkalis merupakan wilayah prioritas mitigasi karhutla mengingat karakteristik lahan gambut yang mudah terbakar.
“Pemasangan FDRS ini merupakan langkah penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Dengan informasi kerawanan kebakaran yang mudah diakses, tindakan pencegahan dapat dilakukan lebih cepat dan tepat,” ujarnya.
Hal senada disampaikan perwakilan Yayasan Bahtera Melayu, Khairul Saleh, yang menegaskan komitmen lembaganya dalam mendukung konservasi gambut dan peningkatan kapasitas masyarakat.
“Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana lembaga lokal dan internasional dapat bersinergi menjaga ekosistem gambut. Kami berharap masyarakat desa dapat menjaga dan memanfaatkan FDRS ini secara maksimal,” ungkapnya.
Pj Kepala Desa Pematang Duku, Dian Saputra, turut mengapresiasi pemasangan alat tersebut dan berharap teknologi ini mampu menekan risiko kebakaran yang kerap terjadi pada musim kemarau. Kegiatan juga dilengkapi sesi edukasi serta diskusi mengenai strategi pencegahan karhutla berbasis komunitas.
Misran, Ketua RT sekaligus anggota kelompok masyarakat, mengucapkan terima kasih atas berbagai program yang telah diberikan Yayasan Gambut, Yayasan Bahtera Melayu, dan PPCF.
“Ada program pembibitan kopi liberica, pembangunan empat unit sekat kanal, hingga pemasangan alat pemantau rawan kebakaran hari ini. Kami sangat berterima kasih atas perhatian dan dukungan tersebut,” katanya.
Dengan hadirnya FDRS di Desa Pematang Duku, upaya mitigasi karhutla diharapkan semakin optimal dan dapat menjadi model sistem peringatan dini yang efektif, partisipatif, dan berkelanjutan bagi desa-desa lain di Kabupaten Bengkalis. (*)