SEBALIK.COM, SIAK – Suara dayung kembali membelah tenangnya Sungai Mempura pada Kamis (27/11/2025). Di atas sebuah sampan kecil, Bupati Siak Dr. Afni Zulkifli tampak larut dalam nostalgia. Kayuhan demi kayuhan membawa ingatannya kembali ke masa kecil, saat ia bersama sang Uwan menempuh jalur air ini untuk mengajar mengaji, memetik manggis, hingga memanen durian.
“Dulu kami bekayuh dengan sampan yang lebih kecil dari ini,” ujarnya sambil menatap permukaan sungai berwarna merah gambut—air yang menyimpan serpih cerita keluarga dan kehidupan sederhana di masa lampau.
Namun di balik romantika masa kecil itu, Sungai Mempura kini menghadapi persoalan serius. Alur sungai mulai tertutup tanaman liar, menyempitkan jalur perahu nelayan dan meningkatkan potensi banjir bagi permukiman sekitar.
Bupati Afni, yang saat itu didampingi Ketua Komisi II DPRD Siak Sujarwo, menelusuri titik-titik yang mengalami penyumbatan. Ia memastikan bahwa pemerintah daerah akan memulai pembersihan pada segmen sepanjang 5 kilometer dari total panjang sungai yang mencapai 21 kilometer.
“Insya Allah tahun ini kita bersihkan 5 kilometer dulu. Sisanya dilanjutkan tahun depan karena anggaran saat ini masih sangat terbatas,” kata Afni.
Selain Sungai Mempura, kebutuhan normalisasi juga mendesak dilakukan di Benteng Hulu dan sejumlah anak sungai di wilayah Mandau. Meski tantangan anggaran dan kondisi lapangan tidak kecil, Bupati Afni menegaskan komitmen pemerintah untuk terus bergerak dan menata sungai sedikit demi sedikit agar tetap memberi manfaat bagi masyarakat.
“Kita terus berupaya dengan segala cara,” tegas bupati perempuan pertama di negeri istana itu.
Di tengah geliat pembangunan, perjalanan singkat dengan sampan tersebut menjadi pengingat penting: sungai bukan sekadar aliran air. Ia adalah ruang hidup, sumber nafkah, sekaligus penjaga kisah-kisah lama yang perlu dijaga agar tidak hanyut oleh waktu. (*)