SEBALIK.COM, PEKANBARU – Tingkat inflasi di Provinsi Riau pada September 2025 tercatat cukup mengkhawatirkan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan (y-on-y) Riau mencapai 5,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 111,17.
Angka ini menempatkan Riau di posisi kedua tertinggi secara nasional setelah Sumatera Utara yang mencapai 5,32 persen.
Dari seluruh daerah di Riau, Tembilahan menjadi penyumbang inflasi tertinggi dengan capaian 6,34 persen. Lonjakan harga cabai merah disebut sebagai faktor utama pemicu inflasi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Riau, Syahrial Abdi, mengatakan kondisi serupa juga dialami banyak daerah lain. Bahkan sekitar 60 persen wilayah di Indonesia terkena dampak mahalnya harga cabai merah.
“Namun memang posisi kita (Riau) termasuk yang paling tinggi,” ujarnya usai mengikuti rapat virtual bersama Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Dalam Negeri, Senin (6/10/2025).
Untuk menekan inflasi, Pemerintah Provinsi Riau bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menyiapkan langkah intervensi melalui operasi pasar murah. Rencananya, kegiatan tersebut dimulai Selasa (7/10/2025) di sejumlah titik.
“Besok kita akan turunkan tim dari Disperindagkop UKM dan Dinas Pangan untuk menggelar operasi pasar. Targetnya agar harga bahan pokok bisa lebih terjangkau masyarakat,” jelas Syahrial.
Selain cabai merah, beberapa komoditas lain seperti bawang merah dan ayam juga menjadi fokus pengendalian harga. Bank Indonesia (BI) bersama BUMD setempat disebut sudah menyatakan komitmen untuk ikut serta dalam operasi pasar murah.
Sebagai catatan, inflasi Riau pada September 2025 tercatat m-to-m sebesar 1,11 persen, y-to-d 3,92 persen, dan y-on-y 5,08 persen. (Maoelana)