Riau Sebagai Pusat Tamadun Melayu Antar-Bangsa

Senin, 11 Agustus 2025 | 09:36:14 WIB
Datok Rida K Liamsi

Oleh: Datok Rida K Liamsi
 

PENGANTAR REDAKSI

Sudah tercatat, bahwa semenjak ditabalkan dilantik sebagai Gubernur Riau, H. Abdul Wahid, MSi langsung melontarkan harapan yang besar terhadap pewarisan, pemeliharaan dan pengembangan Kebudayaan Melayu Riau. Sampai-sampai Abdul Wahid memperkenal sebuah istilah yang telah tercatat dalam sejarah, yaitu "RIAU RUMAH RUMPUN MELAYU: MERAWAT TUAH, MENJAGA MARWAH"

Untuk merealisasikan cita-cita itu, maka konsepsi "Simbol Budaya" dan "Verbal Budaya" pun dirancang, seperti cita-cita mendirikan semacam Perpustakaan Melayu, Musium Melayu, Pertunjukan Seni Budaya Melayu, dan lain-lain.

Maka konsepsi program-program kebudayaan di Riau pun dirancang setapak demi setapak, selangkah demi selangkah. Di antaranya adalah "Simposium Melayu Serumpun" yang berlangsung pada 8 dan 9 Agustus 2025 yang lalu, sempena Perayaan HUT Riau ke-68.

Datok Rida K Liamsi adalah seorang tokoh utama yang diundang ke helat itu. Dan setelah usai, Datok Rida K Liamsi menuliskan tulisan ini. Selamat membaca.
-----------

SAYA telah diundang teman-teman di Pekanbaru , untuk menjadi salah seorqng  pembicara dalam "Simposium Melayu  Serumpun" pada 8 dan 9 Agustus 2025 yang lalu.

Dalam kesempatan itu, saya menawarkan gagasan a?ar Riau menjadi salah satu Pusat Tamaddun Melayu Dunia, selain Melaka yang sudah ada selama ini.

Mengapa Riau patut menjadi Pusat Tamadun Melayu  Antar-Bangsa ?

Mengapa Riau harus berperan sebagai Pusat Tamaddn Dunia Melayu?

Menurut saya, setidaknya Riau memiliki 3 (tiga) kekuatan teras kemelayuan yang dapat  menjadi prasyarat dan aspek penting sebuah Pusat Tamaddun Dunia Melayu . Aspek dan kekuatan yang berasal dari jejak panjang sejarah dan budaya Melayu, yaitu:

1.    Riau dahulu adalah pusat kemaharajaan Melayu Siak Sri Indrapura, yang daerah kekuasaannya membentang sepanjang pantai timur Sumatera, sama seperti kemaharajaan Melaka. Siak Sri Indrapura adalah penerus dinasti Melaka , Johor dan darah Bukit Siguntang .

2.     Riau adalah pewaris sah filosofi Melayu: Esa  Hilang, Dua Terbilang; Patah Tumbuh Hilang Berganti; Takkan  Melayu Hilang di Dunia. 
Semangat filosofi ini wujud di Riau dalam  bentuk warisan bahasa dan aksara Melayu; warisan adat istiadat -- yang hingga sekarang tetap hidup dan dipakai oleh masyarakatnya; dan Islam sebagai agama pemersatu penerus kemelayuannya, semenjak zaman Sriwijaya.

3.     Riau punya Kitab Tunjuk Ajar Melayu Riau karya utama Datuk Tenas Efendi, sebagai doktrin yang telah merumuskan dengan cermat dan cerdas tentang kemelayuan dan seluruh adat dan tradisinya.

Karena itu patutlah kalau di Riau didirikan Pusat Studi Budaya Melayu, yang bisa saja berbentuk sebuah institut budaya: "Institut Tenas Efendi". Di mana masyarakat dunia boleh belajar disini.

Menurut hemat saya -- dan inilah yang sangat penting --  hanya "KEMELAYUAN" lah yang dapat membuat Riau jadi Istimewa dan dipandang dunia: Bukan minyak, bukan juga hutan. KEMELAYUAN lah yang dapat menggerakkan Riau menjadi sebuah daerah khusus. Menyatukan visi dan mimpi masa lalu menjadi "Masa Depan Dunia Melayu".

Lalu, bagaimana mewujudkan cita-cita itu?. Apa langkah strategis yang dilakukan untuk mewujudkan cita-cita itu?

Menurut hemat saya, mungkin kita bisa mulai dengan mendirikan lembaga independent sebagai pusat kajian kemelayuan, yang bisa saja kita namakan  "Pusat Kajian Kemelayuan Tenas Efendi".

Lembaga ini dapat menjadi forum kerisauan pemikiran Tenas Efendi yang telah terhimpun dalam master piecenya berjudul "Tunjuk Ajar Melayu Riau", yang ditulis 20 tahun lalu. Hasil riset Tenas Efendi selama 30 tahun itulah yang kita diskusikan dalam berbagai format.

Kelak lembaga pusat kajian ini bisa saja berubah menjadi "Institut Tenas Efendi", sebagaimana teman-teman di Melaka mendirikan "Institut Tun Perak", sebagai lembaga perawat dan penyebar luas pemikiran dan kewiraan Tun Perak. Wallahu'alam...

Salam takzim.

Terkini